Sunday, July 12, 2020

PUISI : Lantun Penikmat Malam

Purnamaku hilang tak terbilang
Sesaat, hanya sementara, ku tahu
Tetapi, merindu ternyata adanya
Tanpa sinar itu gelap
Walau ku yakin ia pun tak berpendar, hanya memantulkan

Malam berteman mendung
Apik membawa kelam
Namun, udara segar bersama angin mengetuk lamun
Terasa syahdu
Menjemput mimpi kepada bunga tidur nan indah

Purnama itu satu
Terkadang sedikit bersembunyi
Hanya mengharap dinanti
Nyatanya benar ku pun menanti
Pasti datang, fasenya nyata, tak usah cemas, kawan

Bila mendung akankah hujan
Ooh, tak selalu, kita semua tahu
Bahkan bukan sepadan pula dengan gerimis atau hanya rasa dingin
Aneh memang, begitu adanya
Suatu saat kan kau pahami bahwa bagiannya tak semenyatu itu

Bila sabit datang, indah, tempat berayun bidadari langit
Aku suka, tapi yang kurindu tetap purnama
Tapi, kemana ia malam ini?
Serta malam-malam kemarin
Tak kutemukan biasnya, aku kehilangan

Jika esok berhenti, maka matahari dalam andil
Cerah, panas, merutuki angin kemarau
Lalu kan merindu hujan, lagi-lagi yang tak kutemukan
Di mana mereka?
Tak usah lagi bermain petak umpet dengannya

Gerhana seperti bentuk pengecualin
Pertanda segala tak ada yang mutlak di dunia
Lalu, mau mu apa?
Ikat lah tali kekangmu, kendali akan pikiran juga hati
Di situ letak martabat tersembunyi

Purnama tanpa malam
Pernah kutemui
Tak membawa terang, terseok berlaga melawan mentari
Terlihat, namun, tak tegas
Tetapi ada, tetap pada singgasananya

Paduan sempurna kali ini adalah purnama, aku, kopi
Juga dengkuran lembut yang kadang sedikit mengagetkan
Mengintip malu-malu dibalik tirainya
Penikmat malam, di sini kami berada

Dengan kecamuk pikiran
Di ambang tenang juga kericuhan
Malam bersama purnama
Saksi akan kelemahan manusia di hadapan Sang Pencipta
Kami kecil, kami lemah, kami jauh dari daya

Purnama, kutemukan kembali, mungkin
Mesti hanya bayangannya, ku rengkuh erat
Seperti tak rela melepas lagi
Oleh pagi, oleh usia, oleh mendung
Oleh itikad kotor juga setumpuk sesal dalam kubangan dosa

Boleh sejenak menepi
Mari, kemari
Biar ku senandungkan harmoni tanpa arti
Dawai bergerak bersama melodi
Pejamkan mata, hanyutkan diri pada gelombang ketenangan baru
Kusebut ia pembuka babak

Selamat malam
Selamat menyelami sisa lelahmu
Ada esok, ingat, kawan
Berhenti sejenak
Cukup hari ini
Tak usah dipaksakan lagi

No comments:

Post a Comment