Friday, March 12, 2021

RESUME DAY-5 ZONA 7 : Pentingnya Akil dan Baligh secara Bersamaan

 

Picture by pinterest

Bismillaah.

Parade Live Zona 7 Institut Ibu Profesional mengenai Pendidikan Seksualitas hari kelima berhasil digelar. Topik yang diangkat adalah ‘Pentingnya Akil dan Baligh secara Bersamaan’ dengan penyaji materi dari Kelompok 20 (IP Lampung dan IP Lamongan). Lima orang presentator lintas regional yang bertugas kali ini adalah  Mbak Eka Yunita, Mbak Zuhroh Zerlina, Mbak Fitria Purnomowati, Mbak Nahdia Tannaqi dan Mbak Euis Karlina, menyampaikan materi secara bergiliran selama kurang lebih 40 menit.

Dalam topik lima ini saya dapat merangkum beberapa hal:

1.        Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akil adalah berakal, cerdik, pandai. Merupakan kata serapan dari bahasa Arab, aqil. Kemudian, akil ini dapat diartikan dengan berakal, memahami, mengetahui.

2.      Baligh adalah seseorang yang sudah mencapai usia tertentu yang sudah dewasa, sudah memahami perubahan biologis yang menjadi tanda-tanda kedewasaan (Rasjid, 2010:83). Dalam tahap ini, seseorang tersebut diharapkan sudah bisa memahami hukum syariat dan dibebankan kepadanya segala hukum tersebut.

3.      Akil dan baligh diharapkan dapat terjalin secara simultan, atau setidaknya akil telah terbentuk lebih dulu sebelum adanya baligh.

4.      Sebelum seseorang mendapatkan baligh-nya, ia diharapkan telah memahami dengan baik dirinya, identitasnya, dan mampu berpikir dan menggunakan akal pikirannya tersebut dengan baik.

5.      Dampak hadirnya akil dan baligh yang tidak seimbang:

a.      Galau, karena terjangkit krisis identitas yang bisa sangat berpengaruh pada pergaulannya.

b.      Problem oriented. Setiap mendapatkan suatu masalah, yang bersangkutan belum bisa fokus pada solusi yang seharusnya dilakukan, tetapi terlalu memikirkan masalah itu sendiri.

c.      Resiko pornografi dan pergaulan bebas dalam konteks seksualitas. Hal ini dikarenakan telah berkembang dan matangnya organ dan perangkat seksual tanpa pondasi kedewasaan berpikir (akil) yang mampu menjadi barrier.

6.      Hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak agar dapat mencapai akil baligh secara seimbang:

a.      Menekankan kesadaran sebagai orang tua bahwa rumah adalah institusi pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.

b.      Membiasakan anak pada realita dan melatihnya agar bisa survive dengan kehidupan sebenarnya, alih-alih terlalu menjaga yang justru melemahkan mental dan daya juang anak.

c.      Membentuk mental dan fisik anak agar menjadi kuat dan berdaya juang tinggi, dengan bersikap berani, tega, tegas, dan konsisten.

d.      Membentuk anak saat 7 tahun menjadi orang yang mulai bertanggung jawab pada dirinya sendiri.

e.      Menumbuhkan daya talar, logika, dan daya pikir anak untuk memecahkan masalah-masalahnya, serta gambaran sebab akibatnya.

f.        Mendukung anak untuk aktif berorganisasi.

g.      Mengajak anak untuk melatih diri dalam memperoleh kemandirian finansial sejak memasuki fase remaja/dewasa awal.

h.      Kembalikan peran ayah dalam pendidikan anak-anaknya.

7.      Skema pembagian peran orang tua berdasarkan rentang usia:

a.      Usia 0-2 tahun : anak dekat dengan ibu

b.      Usia 3-6 tahun : anak dekat dengan ayah ibunya secara seimbang

c.      Usia 7-10 tahun : anak dekat dengan orang tua yang sesuai gendernya, misalkan anak laki-laki dekat dengan ayahnya, anak perempuan dengan ibunya.

d.      Usia 10-14 tahun : anak dekat dengan orang tua yang lintas gender, misalkan anak laki-laki dekat dengan ibunya, anak perempuan dengan ayahnya.

e.      Usia 15 tahun : tuntas mencapai kesiapan fitrah seksualitasnya. Pada usia ini, anak sudah menjadi mitra orang tua.

8.      Hal yang dapat dilakukan orang tua terhadap anaknya yang berada pada masa akil baligh:

a.      Mengenalkan tentang perubahan-perubahan yang terjadi karena pubertas, dan meyakinkan anak bahwa itu semua adalah hal normal.

b.      Terus menanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan pada anak.

c.      Segera pisahkan kamar anak dengan orang tua, dan anak laki-laki dengan anak perempuan.

d.      Menjadi sahabat bagi anak, yang dapat dijadikan tempat terpercaya untuk berbagi, diskusi, bertanya akan hal-hal yang akan banyak berubah pada diri anak seiring pubertas tersebut.

e.      Mulai menjelaskan lebih lanjut mengenai fungsi organ reproduksi laki-laki dan perempuan secara lebih mendalam.

f.        Lebih menekankan anak akan tanggung jawab secara agama. Perihal beribadah secara disiplin dll.

g.      Terus membimbing dan mendampingi anak untuk banyak mencari tahu tentang akil baligh dan segala hal yang berkenaan dengannya, baik melalui media buku, internet, dll.

Allahu’alam bi shawab.

No comments:

Post a Comment