Tuesday, March 9, 2021

RESUME DAY-2 ZONA 7 : Pendidikan Seksualitas Sejak Dini

 

Picture by freepik

Bismillaah.

Parade Live Zona 7 Institut Ibu Profesional mengenai Pendidikan Seksualitas hari kedua telah digelar. Topik yang diangkat adalah ‘Pendidikan Seksualitas Sejak Dini’ dengan penyaji materi dari Kelompok 7 (IP Batam, IP Bontara, IP Cianjur, dan IP Cirebon Raya). Lima orang presentator lintas regional yang bertugas kali ini adalah  Mbak Ashriati, Mbak Wati, Mbak Miranti, Mbak Aliftah dan Mbak Romiyatul menyampaikan materi secara bergiliran selama kurang lebih 38 menit.

Dalam topik 2 ini saya dapat merangkum beberapa hal:

1.        Pendidikan seks dan pedidikan seksualitas adahal berbeda. Pendidikan seks lebih ke pengenalan organ seks dan reproduksi sedangkan pendidikan seksualitas mencakup karakter.

2.      Maraknya kekerasan seksualitas pada anak menjadi salah satu alasan terbesar pentingnya edukasi mengenai seksualitas sedini mungkin.

3.      Mengenal keluarga dan lingkungan sekitar merupakan salah satu kurikulum dalam pendidikan seksualitas pada anak. Nantinya, anak diharapkan mampu membangun rasa aman ketika bersama keluarga sehingga keterbukaan lebih mudah tercipta.

4.      Klasifikasi pendidikan seks anak usia di bawah enam tahun terbagi menjadi dua, yaitu untuk rentang 0-2 tahun dan 3-6 tahun.

5.      Pada usia 0-2 tahun, anak dikenalkan tentang nama dirinya, kemudian dikenalkan juga orang tuanya, serta dibangun bonding antar anak dan orang tua.

6.      Pada usia 3-6 tahun, anak mulai mengenal lingkungan lebih besar, seperti keluarga besar, kakek, nenek, paman, tante dll, dan mulai diberi gambaran tentang perbedaan mereka berdasarkan seks (jenis kelamin). Semisal, ayah itu laki-laki, ibu itu perempuan. Selain itu, anak mulai diajarkan tentang organ tubuhnya dan dijelaskan mana saja yang boleh dipegang dan tidak boleh dipegang oleh orang lain, berkenaan dengan anggota tubuh tersebut.

7.      Mengenal keluarga besar sangat baik dalam pengenalan seksualitas pada anak karena dari kelompok orang terdekat yang lebih besar, anak akan diberikan kesan bahwa ia tidak sendiri, masih banyak orang di sekitarnya yang sayang padanya, dan itu bukan hanya keluarga inti saja. Selain itu, dari mengenal keluarga besar, anak akan mendapatkan lebih banyak role model untuk lebih mengenal perbedaan laki-laki dan perempuan secara riil.

8.      Cara mengenal anggota keluarga dapat dibantu dengan media (foto, video, video call dll) dan juga dengan dibuatkan family tree. Jika memungkinkan, tatap muka akan lebih baik agar bonding juga terbentuk.

9.      Membentuk suasana yang hangat, saling menyayangi antar anggota keluarga di rumah (terutama ayah dan ibu), dan menunjukkannya (dalam batasan) di hadapan anak, akan membantu dalam proses pendidikan seksualitas. Selain itu, usahakan untuk selalu mengisi penuh tangki cinta sang anak sehingga ia tak perlu mencari-cari kasih sayang dan cinta dari luar yang cenderung lebih riskan.

10.   Membiasakan anak untuk tidur terpisah dapat membantu anak melatih kemandiriannya dan juga menghormati privacy anak.

11.     Cara membiasakan anak tidur terpisah jangan serba mendadak dan terpaksa yang jutsru akan membuat anak trauma. Justru bertahap dan konsisten dalam sounding.

12.    Diharapkan pada usia 7-10 tahun anak sudah benar-benar bisa tidur sendiri. Oleh karenanya, pembiasaan dapat dilakukan lebih dini dari itu, misalnya sejak usia 3 tahun.

13.   Membangun keterbukaan di dalam rumah (keluarga inti) sangat penting dalam membantu anak belajar waspada terhadap ancaman luar berkenaan dengan seksualitas. Waspada bukan berarti was-was, artinya, anak tetap harus diajarkan juga untuk mengenal orang lain dengan percaya diri, luwes, tetapi tidak melewati batas.

14.   Itulah mengapa, pengenalan tentang batasan mengenai mana tubuh yang boleh disentuh dan tidak, siapa saja yang boleh menyentuhnya dan alasannya, perlu terus disosialisasikan pada anak hingga menerap dalam alam bawah sadarnya.

Allahu’alam bi shawab.

No comments:

Post a Comment