Tuesday, June 30, 2020

Randomness Routine


Ada yang mengintip, terang berwarna kejinggaan. Lampu ruang itu sudah sangat terang, tetapi, tetap tak membiaskan terangnya sang jingga. Mencolok, menarik penuh perhatianku seketika. Rembulan. Di sana kau bertahta.

Bukan purnama, tak juga sabit. Anis pasti berteriak, "Bulan setengah lingkaran, bu!" jika melihatnya. Tapi, kala itu dia telah bermain damai dengan mimpinya, hanya aku, menatap ke celah atap dan terpukau sendiri dengan pemandangan di antaranya.

Sama seperti hujan, aku pula sangat menyukai rembulan. Di antara gelap, dia menderang. Pun saat harus menyelinap di antara kilauan mentari, dia tetap jelas menampakkan jati dirinya. Seperti tak takut dan segan bila pesona matahari kan hempaskan keindahannya.

Malam itu dingin, angin musim peralihan berdesir menyelinap, masuk memenuhi ruang sederhana itu. Aku terduduk di kursi berplitur cokelat, terlihat klasik juga kokoh. Tempat ternyamanku untuk hanya sekedar merenung dan termenung. 

Lelah membawa pada titik di mana diam pun bukan sekedar solusi. Waktu yang terasa panjang dengan segudang kegiatan, hampir monoton, sama setiap harinya. Di sini biasa aku lepaskan sejenak kesemua itu. Di ruang ini. Di kursi ini. Hanya duduk dan diam, berusaha tak berpikir dan tak menyelami rasa. Mengosongkan diri. 

Kadang segelas kopi, kadang semangkuk mie, kadang setoples keripik, kadang sewadah kwaci. Menemani jasad ini memenuhi haknya untuk sedikit tenang dalam kenyamanan. Kadang buku, kadang gawai dengan macam fiturnya, kadang pulpen dan catatan, kadang tanpa apapun. Namun, malam ini, hanya ada aku dan bulan.

Sedikit sendu, alasan tak pasti. Mungkin jenuh, mungkin lelah. Wajar saja, waktu telah menunjukkan hampir tengah malam. Seharusnya aku tidur, baiknya seperti itu. Tetapi, banyaknya keinginan untuk tetap terjaga, menikmati sedikit ruang kebebasan yang telah menjadi barang langka saat bocah penuh tenaga. Waktu yang terbatas ini mana mungkin aku sia-siakan. 

Aku hanya berbicara tentang aku dan hariku. Sembari menggenapkan tulisan ke-dua puluh di Juni 2020. Target terpenuhi, Alhamdulillaaah, ku ucap syukur. Entah, berapa kata telah terangkum sekarang, semoga lebih dari 300, sesuai dengan ketentuan itu.

Penghunjung Juni akan mengantarkan pada Juli di beberapa jam lagi. Maka akan menjadi tanggal 1 di bulan Juli tahun 2020. Ada yang spesial di tanggal itu. Tanggal yang merubah statusku di delapan tahun yang lalu. Mereka sebut itu wedding anniversary, untuk ku lebih ke kilas balik juga titik evaluasi. Sejauh mana pernikahan ini telah membawa ke jalan Tuhanmu, Nadya. 

Ahh, mengapa malam senang menenggelamkanku pada pikiran tak bertema, tak berjudul, tak bertepi? Di saat yang ku inginkan justru segala kekosongan dalam otak ini. 

Lewat tengah malam, mataku mulai memberat. Tak perlu memaksa diri lagi, lelapkan lah keduanya. Beranjak kini, beralih menuju pembaringan. Tak lupa, hal yang selalu dilakukan, memandang Anis dan Ali yang terlebih dahulu menjemput bunga tidur. Ku lihat gurat lelah di wajah sang ayah, juga gurat harapan di wajah sang bocah. Berbeda kamar, satu per satu ku perhatikan juga kirim sehembusan doa tulus untuk keduanya. Esok akan kita jelang, hari baru, cerita baru, asa baru, dengan keberkahan dan kebahagiaan, insyaAllah. Good night, pals๐Ÿ’™


Note : Rembulan, terima kasih telah menemaniku ๐ŸŒœ

No comments:

Post a Comment