Thursday, March 12, 2020

Yakin Siap Tuk Menikah??


Menurutku pernikahan adalah pintu gerbang perjalanan panjang dengan lika-liku dan terjal-landai di dalamnya. Terlihat mudah ketika kita belum terjun langsung dan menjalaninya. Seolah psikologis single kita membentuk image bahwa dengan pernikahan semua akan menjadi lebih indah, karena akan ada seseorang yang selalu mendampingi kita. Tak sepenuhnya salah pernyataan tersebut. Tapi ternyata, tak bisa dibenarkan juga. Pada kenyataannya, bahkan, usaha untuk meleburkan dua personal untuk dapat berjalan secara harmonis tidaklah semulus romansa di drama Korea. Dua kepala, dua otak, dua pikiran, dua keunikan sebagai individu, dua karakteristik, dua keluarga, tetaplah menjadi "dua" dengan ke-khas-an masing-masing yang jelas tak bisa diubah. Yang bisa dilakukan hanya mencari titik tengah, untuk setiap plot-plot permasalahan dan keadaan. Pastinya, dalam upaya menentukan dan menemukan titik tengah inipun tak mudah kan sodara-sodara?๐Ÿคญ Bukan untuk menakut-nakuti, hanya berbicara tentang realita. Bukan menahan agar para kaum muda menunda pernikahan dan lebih memilih untuk perpacaran dengan dalih saling berkenalan, ooh Ferguso, bertahun-tahun kau berpacaran pun belum membuka "layar asli" dari personal itu sendiri, trust me! Hanya pernikahan pembuka tabir keaslian tersebut. Enggak percaya? Nikah deh dan kemudian bertestimoni ๐Ÿคญ.

Aku hanya bingung, sering sekali mendapatkan fenomena para unmarried di sekitar, ketika hidup sedang dihadapkan pada kesulitan, misalkan dalam upaya menyelesaikan studi, atau berkenaan dengan pekerjaan, masalah dengan orangtua/saudara, terlontarlah, "Duh, pusing deh, mending kawin (nikah) aja ah!", seolah-olah menikah adalah solusi dari segala perkara. Yang akhirnya, mostly dari kita memandang mudah menikah ini, akhirnya tidak mempersiapkan diri atau sekedar mengenal lebih dalam tentang ilmu pernikahan tersebut. Efek sosialnya, angka perceraian yang semakin tinggi, tingkat keharmonisan rumah tangga yang rendah, ketidaksiapan dalam kepengasuhan anak, dan masih banyak lagi. Miris. Pernikahan bukan tempat pelarian dari masalah ya dekadek yang lucu. Cateuut! ๐Ÿ˜

Aku pribadi, masih ada rasa menyesal terhadap diri yang rasanya kurang mempersiapkan diri tentang pernikahan. Terutama secara keilmuannya. Oleh karenanya, tak berhenti tuk belajar, mencari tahu, karena memang semua itu sangat diperlukan, jika kita menginginkan pernikahan yang bukan hanya sekedar status di KTP, tapi memang untuk mewujudkan sakinnah, mawaddah dan rahmah. Pernikahan yang membahagiakan semua elemen di dalam keluarga bentukannya tersebut, secara duniawi dan ukhrawi. Sungguh perjalanan panjang, bahkan hingga maut menjemput, dan juga kehidupan setelahnya. Jadi, masih berpikir bahwa menikah adalah jalan keluar dari segala problematika? ๐Ÿคญ๐Ÿ˜‰๐Ÿ’™

No comments:

Post a Comment