Thursday, March 5, 2020

Membuka Harta Karun Saksi Bisu


Memorable, satu kata yang bisa mendeskripsikan benda ini. Kurang lebih selama 4 tahun dia menemani perjuanganku untuk meraih kesarjanaanku. Terdengar educated walau sebenarnya sering pula dipergunakan untuk hal non-akademis (mungkin malah lebih sering). Untuk menonton film, serial favorit, mendengarkan lagu, menyimpan koleksi foto-foto pribadi, bermain game, bahkan sebagai diari elektronik πŸ˜. Disaat teman-teman lebih memilih laptop dengan ukuran lebih kecil di zamannya, aku justru memilih dia yang luar biasa raksasa, karena apa? Karena cocok untuk mata bolorku ini sodara-sodaraπŸ˜…. Dengan ransel serba adaku, my giant lappy selalu menyertai. Berat, tapi puas πŸ˜†.

Pernah sekali si raksasa ini "ngadat" kelas parah sampai harus di-opname di service center selama kurang lebih sebulan. Hampa itu ada πŸ˜„. Karena sejujurnya, di masa itu laptop jauh lebih berharga dan esensial dibanding handphone, setidaknya menurutku. Aku termasuk anak yang kurang tega untuk sedikit-sedikit lapor perkara kebutuhan seperti ini ke orang tua, juga tipikal orang yang enggak gampang mengganti suatu barang besar begini kecuali memang sudah mati mutlak tak bisa menyala lagi. Akhirnya, dengan segala daya upaya, ups downs, sukseslah si raksasa menjadi satu-satunya laptop yang menemani perjuangan kuliahku. Terharu. Juga bangga. Karena bahkan sampai aku kerja pun masih setia menemani ternyata πŸ˜„. Bukan sekedar saksi bisu segala modul perkuliahan, paperwork, desain kemasan, laporan Tugas Akhir 1, Tugas Akhir 2, hingga skripsi dan poster-poster, tapi juga curriculum vitae, application letter, segala tetek bengek saat melamar kerja pun dihasilkan oleh raksasa hitamku ini. Luar biasa kan? masyaAllah 🀭.

Sampai akhirnya, dia sudah benar-benar udzur, layar yang sudah bernoda, suara super bising yang terdengar setiap dinyalakan, ditambah tergeser oleh kemudahan ber-smartphone, menjadikan tahun 2016 sebagai tahun terakhir si raksasa hitam beroperasi. Setelah itu, dia hanya ku simpan dalam lemari di rumah mama, terlalu historical untuk dijual ataupun dibuang. Tahun 2007 hingga 2016, sembilan tahun kebersamaan, terlalu banyak hal tentangku dijaga kerahasiaannya oleh my sentimental lappy ini.

Hari kemarin, 4 Maret 2020, untuk pertama kalinya aku membuka kembali benda ini. Wow masyaAllah, charger masih berfungsi, bahkan masih bisa dinyalakan hingga laman utama. Hanya saja ada beberapa hal yang tak bisa diakses, mungkin karena software terakhir yang aku install di laptop ini sudah tidak lagi support. Linux, ya, itu software terakhir yang kuingat, meskipun sudah lupa tipe apa 😁. Selain itu, secara fisik pun semakin rapuh. Lapisan LCD sudah terkelupas, warna keyboard yang mengusang dan bahkan beberapa pads-nya sudah tidak berfungsi. Alhamdulillaaah, terima kasih wahai kamu yang sudah se-tough ini hadir menemani hari-hariku di kala itu. Terima kasih juga akhirnya sampai saat ini dan mungkin nanti kamu tetap menjadi salah satu portkeys yang bisa membawa aku kembali ke masa lalu dengan segala cerita dan sejarahnya. Kelak nanti kamu akan kuperkenalkan pada anakku, "Ini loh nak, meski benda mati, tetapi bersaksi banyak atas fase-fase penting di hidup ibumu" dan kemudian dilanjutkan dengan chapter per chapter percakapan hangat mengenang masa lalu penuh hikmah, antara aku dan anakku πŸ’™

No comments:

Post a Comment