Friday, March 6, 2020

Euphoria Kelulusan dan Filosofinya


Alhamdulillaah 'ala kulli haal. Coretan kali ini akan sedikit berkisah tentang kelulusan. Well, ter-ide-kan dari lulusnya adik perempuanku yang pangais bungsu. Akhirnya, setelah 3,5 tahun menjalani dunia perkampusan, dia berhasil memperoleh gelar kesarjanaannya di bidang ilmu komunikasi. Ada kebanggaan sedikit di sini, dia pun meraih predikat lulusan termuda, tercepat, bahkan dengan status cumlaude. Kami bersyukur atas karunia itu tentunya. 

Adikku sangat bahagia dengan prestasinya. Segala "kurang tidur", "kejar-kejaran dengan pembimbing", "kejenuhan dengan tingkat stres tinggi", dan segala bentuk ke-khas-an skripsian akhirnya terbayar. She worthed to appreciate herself tho. Tapi, di tengah bahagianya, kami sebagai keluarganya pun tak lupa mengingatkan, bahwa ini bukan akhir dari segalanya. Justru mungkin bisa dikatakan awal babak kehidupan sesungguhnya. 

Setelah lulus, kita mulai dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang realita, yang sebaiknya kita mampu jawab dengan bijak. Apakah kerja kantoran atau wiraswasta? Fokus pada bidang yang sudah diambil saat kuliah atau justru lintas bidang? Pekerjaan macam apa yang diharapkan? Bagaimana cara mendapatkan pekerjaan tersebut atau cara memulai usaha yang kita inginkan? Serta jejeran pertanyaan lain yang non-textbook siap menanti untuk dijawab. Ya, non-textbook, karena pertanyaan tersebut membutuhkan jawaban terbuka yang tidak bisa kita temukan pada literatur atau textbook manapun. Butuh melibatkan kecerdasaan emosional dan spriritual  juga, bukan hanya intelektualitas saja. Karena jawaban-jawaban ini akan menjadi tolak ukur kehidupan macam apa yang akan kita bentuk ke depannya. 

Hidup itu dinamis, tentu aku pribadi setuju dengan statement itu. Segala apa yang terjadi tidak mutlak. Akan ada perubahan, akan ada pengecualian. Tapi, bukan berarti kita jadi tidak merencanakan bukan? Menurutku, perencanaan itu perlu, agar mempermudah langkah kita dalam menapaki arah. Bayangkan kita jalan tanpa arah, bingung, tak PD. Disitulah fungsi dari perencanaan itu sendiri. Tapi, sekeren apapun rencana yang dibentuk, kita tetap perlu melibatkan sisi spiritualnya, dengan tawakal misalnya. Atas segala rencana, kita usahakan untuk menggapainya semaksimal kita bisa, dengan tetap berserah pada Sang Maha Pemilik Rencana untuk semua hasil akhirnya. Rasa berserah ini akan menjadi rem bilamana segala hasil tak sesuai dengan target. Rem untuk rasa kecewa dan sedih berlebihan. Juga rem untuk merasa down terlalu lama. Seperti itu kan rumus impian sebenarnya?

So then, untuk semua adik-adik (halahhh) yang baru saja menikmati indahnya "kebebasan" atas kelulusan, congrats! Semoga ilmunya dapat bermanfaat dan membawa keberkahan untuk banyak orang. Selamat mencari juga. Perlahan saja, temukan mimpi dan passion kalian, jangan sampai akhirnya diperbudak oleh stigma masyarakat. Kalian yang pegang kendali atas hidup kalian, selama mampu untuk mempertanggungjawabkannya, just go on. Serta jangan lupa untuk selalu melibatkan Tuhan atas langkah apapun yang dipilih dan dijalankan. Barakallahulakum 💙

No comments:

Post a Comment