Monday, March 2, 2020

CERPEN : Monolog Safar


Perjalanan kali ini agak sentimentil buat aku. Mendung sepagian, disusul rintik-rintik gerimis, syahdu, membawa suasana berbeda. Tak sepenuhnya cuaca berandil sepertinya, tapi memang sedang ada kesyahduan lain di dalam hati yang entah apa aku pun sulit menjelaskan. Seperti merindukan sesuatu, tapi ragu untuk mengungkapkan.

Tentang waktu, mudahnya ia berlalu. Kesibukan membawa yang dekat serasa menjauh. Bahkan satu naungan atap tak menjamin adanya kebersamaan yang hangat dan mengisi. Sembari terkadang bingung dibuatnya, sebenarnya apa yang sedang kita kejar, kita cari? Dunia? Sampai batas mana? Sedangkan tahu betul kita, waktu terus bergulir tanpa negosiasi tuk harap kembali.

Itu mengapa, bersahabat dengan kesendirian aku rasa perlu. Setidaknya membawa genre ketenangan lain alih-alih mengadudombakan situasi. Mari kita sebut ini cara untuk berdamai dengan diri. Karena kita jelas tak punya daya yang cukup untuk membuat orang lain berlaku seperti yang kita harapkan selalu,  satu-satunya jalan teraman, kalau boleh bisa dikatakan begitu, adalah dealing with your own self. Kita mem-provide diri kita sendiri untuk membawa pada bentuk kenyamanan sendiri, tanpa mengganggu ketenangan orang lain dalam berlaku.

Semakin tenggelam pada pengharapan akan kehadiran sosok lain, yang mungkin, tuk memberi udara-udara ekspektasi, semakin kita sadar bahwa itu semua fana. Sesungguhnya, tak ada istilah "aku bisa begini karenamu". Semua bisa begini begitu karena dirimu, juga campur tangan Tuhanmu, yang membuat seolah sesosok itulah yang telah berperan penting bagimu. Tak seperti itu. Jangan diperbudak oleh makhluk, ketika kita benar mengenal Khalik. Oleh karenanya, jika kita telah mampu melewati hari yang dirasa cukup pelik, bersyukurlah pada Tuhanmu, lalu berterimakasihlah pada dirimu, katakan : Hei diriku, kau luar biasa hebat, tak ada yang berat karena kau mampu membuatnya ringan, karena kau yakin bahwa Tuhanmu selalu bermain peran esensi di setiap episode hidupmu, terimakasih untuk selalu begitu, wahai diri. Tetaplah begitu, aku. 

Sepanjang jalan penuh hening,
Bandung-Cianjur 💙



No comments:

Post a Comment