Monday, May 11, 2020

I Got My Passion on Me

Hari-hari yang kurang memungkinkan untuk menulis dengan tenang, dengan fokus penuh. Yap, jadwal super padat dari packing untuk pindahan, mengurus segala peringkilan yang masih kurang di tempat baru, tugas domestik harian, ditambah dengan tragedi sakit gigi yang sukses bikin pipi makin chubby sebelah selama dua hari ke belakang. Sudah jatuh, tertimpa tangga, cocok pepatah itu dinobatkan. Tapi, ada suatu hal yang menggelitik. Setiap kali aku melihat aplikasi blogger-ku, selintas saat aku membuka aplikasi lain, ada yang hilang rasanya. Juga ada hasrat untuk menuangkan kata demi kata. Tetiba saja ide-ide muncul di kepala, tapi disayangkan, ada prioritas lain yang harus diselesaikan. Aku jelas tidak mau rugi, untuk sementara, hanya ku tulis setiap ide yang bermunculan dibalik rasa rindu untuk menulis ku, sambil sedikit berkompromi dengan diri, "Hey diri, sabar ya, selesaikan dulu to-do-list mu, insyaAllah secepatnya kau bisa bermain-main kembali dengan kata.

Namun, rindu itu berat, Dylan, lagi-lagi ku kutip perkataanmu yang ternyata benar itu. Seperti kali ini, jam dinding sudah menunjukkan angka 11.16 malam, tidak tersisa banyak waktu untuk menuangkan dan menyetorkan sedikit buah pikiran hari ini di grup literasi yang ku ikuti. Tapi, ini rindu sudah terlalu rindu. Ahh,  aku akan tetap menulis, mengikuti hasrat di sela lelahku dan sesekali cenut-cenut datang di pojok mulutku. Setor atau tidak, aku hanya ingin menulis. 

Akhirnya, aku rebahkan diri ini. Bukan untuk tidur, masih ada hal yang harus dikerjakan. Tetapi, aku segera membuka aplikasi blog editor-ku. Sangat bersemangat, ada yang terpacu, ya benar, hormon bahagiaku sangat deras mengaliri setiap ruas saraf dan pembuluh darahku. Aku akan menulis, aku menulis, bodo amat tak sesuai list ide di catatan ku, aku hanya ingin membiarkan free spirit dalam diri ini menikmati setiap jejakkan kata yang seperti sudah sangat lama tertahan di sana.

Aku suka menulis, sejak lama, itu betul. Tapi semakin berbinar-binar sejak mengikuti Kelas Literasi Ibu Profesional, suatu wadah yang menghimpun para pecinta kata. Luar biasanya, tak sedikit dari anggotanya adalah penulis kaliber atas, masyaAllah. Feels so blessed to be here. Aku bisa belajar banyak dari mereka, aku pun bisa menempa diri sendiri dengan bahagia. Tanpa tekanan, melakukan apa yang aku suka, menulis, sembari sesekali bertukar pikiran dengan topik serius hingga sekedar tentang drama Korea. Semakin ku menemukan passion-ku akan menulis di sana.

Kali ini lah bukti nyatanya. Aku tak pernah merasa serindu ini untuk sekedar menulis. 

Untuk ku, menulis itu benar-benar seperti terapi. Penyeimbang antara lahiriah dan batiniah. Bahkan terkadang mampu mengambil alih amarah, kecewa, sedih. Sesuai fungsi terapeutis bukan?

Ahhh, Alhamdulillaaah, lega. Rinduku tersampaikan.  Pukul 23.48 dan aku masih terlalu asyik dengan jari jemari menari, mungkin serupa aerobik pun, saking berkecepatan tinggi. Lelah, ngantuk, mereka seperti sudah paham untuk bisa sedikit bersabar, karena sang empunya jasad ini sedang membangun kembali mood-nya dengan merajut kata, untuk esok hari.

2 comments:

  1. Semangat terus menulisnya mba! Setelah ikut KLIP saya mulai merasa menulis itu bagian dari keseharian. Hihi..

    ReplyDelete
  2. Iyaa bener banget ya mbak Ima, mungkin tau bahwa kita suka nulis udah sejak lama, tapi sadar bawha ini sesuatu yang penting tuh justru abis join KLIP 🤭 aza aza fighting! 🥰

    ReplyDelete