Wednesday, May 20, 2020

Cerita Bed Training Anis

Bismillaah. 
Uwuw, Alhamdulillaah, Bandung bagian Arcamanik hari ini mostly hujan. Ibuk ya bahagia luar biasa, walau cucian jadi belum kering, suasana hujan parat begini tuh lovable pisan 🤭. 

Jadi ceritanya, aku mau berbagi tentang bed training Anis. Alhamdulillaah, per tanggal 16 Mei 2020 kemarin, Anis sudah tidur di kamarnya sendiri. Sebenarnya, aku sudah merencanakan untuk pemisahan tidur begini sejak lama. Tapi, karena kondisi dan fasilitas belum memadai, akhirnya baru terealisasi setelah pindah rumah. 

Bulan Mei 2020 ini usia Anis menginjak 32 bulan. Menurut aku, sudah saatnya Anis tidur terpisah dengan ayah ibunya. Ada beberapa alasan, yang utama adalah untuk kemandirian anak, yang juga ternyata berpengaruh pada kualitas tidur si anak itu sendiri. Terbukti ketika Anis mulai tidur sendiri, dia memiliki jam tidur lebih panjang dan teratur. Alasan lain, ya pastinya untuk pihak ayah ibunya juga. Kami bisa memiliki intimate time dan kualitas tidur yang lebih baik. Terdengar sepele, tapi intimate time dan tidur berkualitas juga merupakan hak setiap ayah/ibu/orangtua. Kedua hal tersebut memegang kendali terhadap mood masing-masing di keesokan harinya. Aku pribadi merasa lebih siap menghadapi hari baru dengan damai biasanya.

Nah, kembali ke bed training. Progres Anis untuk fase ini Alhamdulillaaah bisa diklaim sangat lancar. No drama at all

Di malam pertama, Anis sempat terbangun sekali. Tanpa nangis, dia mendatangi ibunya yang kebetulan masih leyeh-leyeh di ruang tengah. Dia hanya meminta minum dan ditemani di kamar sebentar, tak lama kemudian dia kembali tertidur hingga esok paginya.

Malam ke-dua, Anis bermimpi agak buruk sepertinya. Dia sempat merengek-rengek dengan mata terpejam. Aku hanya mengintip lewat pintu kamarnya, tidak mendekati atau membangunkannya. Aku biarkan dia settling sendiri kondisi seperti itu, hingga nantinya dia akan terbiasa. Ternyata, Alhamdulillaaah, walau hanya didiamkan, akhirnya dia minum dan tertidur lagi. Sejak malam ke-dua ini, Anis sudah tidak mencari ibunya saat tidur. Aku bisa katakan bahwa bed training Anis berjalan lancar dan sukses, Alhamdulillaaah.

Lalu, kiat-kiatnya apa dong, Buk? 

Hehe, aku belum berani menjamin penuh hal-hal yang aku terapkan pada Anis bisa berlaku di anak-anak lain juga, tapi mungkin dengan berbagi seperti ini, mampu sedikit banyak memberi gambaran bagi yang berniat untuk bed training anaknya, juga sebagai penyemangat untuk para ibu pejuang bed training, you are not alone, moms! Semangat!!

Berikut aku paparkan beberapa hal yang aku terapkan pada Anis untuk mendukung bed training-nya. 

1. Sounding. Hal ini dilakukan dari jauh hari sebelum bed training dimulai. Memberikan pengertian secara sederhana tentang tidur terpisah dan alasannya. Banyak cara untuk penyampaiannya. Aku terapkan pada Anis melalui penjelasan sederhana yang dilakukan berulang, juga melalui cerita yang diselipkan maksud pengenalan bed training tersebut. Sounding ini perlu dilakukan untuk mencegah si anak kaget dengan pola kehidupan yang baru, alih-alih rencana sukses, yang ada si anak menjadi stres dan kemudian trauma.

2. Libatkan anak dalam mendesain ruang tidur. Tidak perlu barang baru, mewah, mahal, untuk menciptakan ruang tidur idaman anak. Yang terpenting justru approval dari anak itu sendiri sebagai si empunya kamar nantinya. 
Sebagai contoh, pemilihan LED lamp di kamar Anis adalah hasil request dia. Saat memesan di toko daring pun aku membiarkan dia memilih warna yang dia inginkan. Jadilah kamar "heboh" dengan LED lamp berwarna-warni blink-blink 😅🤭. Membiarkan dia menyuarakan pilihannya sendiri ini pun merupakan bentuk menghargai anak dalam memilih lho. Selama yang dipilih adalah hal yang aman dan tidak melenceng, why not 😁.

3. Jangan menakut-nakuti anak. Terutama diwaktu-waktu dekat menuju bed training, sangat tidak dianjurkan untuk menakut-nakuti anak. Ini penting! Karena, sekali si anak mengenal "takut hantu", akan sulit diubah mindset-nya. Tapi, jika suka terlanjur, kita juga masih bisa meng-encounter pikiran tersebut kok. Kita terus asupi pikiran anak dengan hal positif sebagai penangkal "takut hantu"-nya itu. Misal, "Anis kan ciptaan Allah ya, sama dong hantu juga ciptaan Allah. Jadi kenapa Anis musti takut? Apalagi Anis usah pinter baca doanya."

4. Beri ruang kepercayaan pada anak. Terkadang, tega itu perlu. Untuk membiarkan anak belajar lebih banyak hal baru, juga agar mereka bisa dealing dengan situasi kondisi tertentu, membiarkan mereka memecahkan hambatan dan permasalahannya sendiri akan memberi banyak pembelajaran berbasis praktik pada anak. Jadi, orang tua yang baik itu bukan orang tua yang selalu membantu anaknya lho ya. Biarkan anak belajar dan bertumbuh dengan pengalaman. Selama tidak membahayakan, tidak apa-apa. Seperti saat Anis terbangun karena mimpi buruk dan menangis-nangis, aku memilih untuk membiarkan dia sambil melihat dari jauh. Bila kondisi terkendali, biarkan Anis memecahkan sendiri problemnya dengan mimpi tersebut. Ternyata, dia bisa tenang kembali kok tanpa campur tangan ibunya.

5. Niatkan yang kuat dan minta pertolongan Allah. Ini sih kunci ya. Untuk segala fase tumbuh kembang anak, agar kita bisa melewatinya dengan damai dan elegan, butuh pertolongan Allah dan niat yang kuat dulu. Tanpa niat yang kuat, kita akan cepat menyerah dan stres. Sama halnya saat menyapih, toilet training, food training, dibutuhkan kesabaran ekstra yang hanya bisa didapat dari niat dan tekad yang kuat, serta tentunya pertolongan Allah sebagai Maha Penolong atas segala sesuatu. Laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil 'aliyyil azhiim. Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah/Tuhan yang Maha Tinggi lagi Maha Agung💙

Selamat menempa sabar terus, moms! Aku tahu ini semua jauh dari kata mudah, tapi bukan hal yang mustahil lho. Toh hampir semua ibu juga melewati masa-masa ini kan. We are really not alone. Nikmati prosesnya. Lelah? Wajar. Kesal? Manusiawi. Asal selalu sadar penuh aja bahwa ini semua tidak selamanya. Dan ketika fase-fase ini sudah terlewati, akan ada masa dimana kita pun merindukannya kembali. Lalu, saat itu kita semakin tersadarkan juga, bahwa anak kita semakin beranjak dewasa dan dengan waktu akan semakin menjauh dari kita 🥺. Semangatttttt!!! 💙

No comments:

Post a Comment