Friday, January 29, 2021

Tak Apa Sesekali Berkesah

Picture by YourQuote

Awalnya, saya agak bingung mau nulis apa malam ini. Buntu. Hanya bulak-balik buka handphone, laptop, sambil menyimak dua kuliah daring dan satu live Facebook. Sampai akhirnya, semua event selesai dan waktunya menulis.

Namun, tetap blank, no idea. Duduk melototin layar, jari sudah stand by di keyboard, tapi gagu  harus ketik apa. Berkali-kali, ketik-hapus, karena sebuntu itu kondisinya.

Akhirnya, memilih untuk membuka Youtube dan memainkan salah satu playlist saya di situ. Ta daaa…

Living alone

I think all of the friends I’ve known

When I dial the telephone

NOBODY’S HOME

Alunan suara penyanyi kesukaan saya dari zaman SMP dulu menjadi pengisi nomor satu pada list malam ini. Lagu berjudul All by My Self versi Celine Dion pun saya resapi. Hmmm, entah suatu kebetulan atau apa, tapi rasanya isi liriknya lumayan mengena juga.

Dan hari ini, salah satu teman di genk masa perkuliahan saya berulang tahun. Seperti biasa, grup whatsapp yang biasanya sepi seperti tak berpenghuni tetiba ramai. Saling memberi ucapan selamat kepada yang berulang tahun. Tradisinya seperti itu. Maklum, kebanyakan rekan-rekan saya itu adalah ibu-ibu ranah publik, saya cukup paham akan kesibukannya yang menyita waktu dan membuat atensi hanya terfokus untuk keluarga dan pekerjaan.

Celotehan salah satu teman saya, “Wah, kalau ada yang ultah gini tuh jadi suka inget moment dulu kulineran sana sini saling traktiran setiap ultah.”

Ya, kami yang se-genk ber-sebelas orang itu memiliki kebiasaan untuk saling traktir ketika berulang-tahun. Karena anggotanya banyak, yang artinya akan spend lebih banyak uang juga untuk traktiran, maka biasanya kita ada rapelan. Yang ulang tahun berdekatan disatukan traktirannya, jadi tidak terlalu memberatkan.

Dulu, sangat mudah untuk make time dan pergi sana sini, terlepas dari masalah pandemi yaaa.

Namun, semakin kita tua, saya semakin sadar bahwa lingkar pertemanan semakin menyempit. Yang pada zamannya dirasa sangat dekat, solid, best friends forever deh pokoknya, satu per satu terkikis. Hilang.

Faktor fokus tadi salah satunya. Prioritas masing-masing sudah bergeser. Keluarga, pekerjaan, dll. Akhirnya menempatkan perihal pertemanan di jajaran sekian, and I think that’s quiet normal.

Saya pribadi menerima kondisi ini, yaitu mengerucutnya dunia sosialisasi saat semakin menua. Terlebih untuk kami yang memilih ranah domestik, sangat terasa. Hanya saja, terkadang saya merasa rindu dengan kebebasan masa lalu. Ya, benar, saya rindu berkumpul dengan teman-teman, cerita ngalor-ngidul yang sedikit mengandung unsur gibah (Astagfirullah), bertemu tanpa banyak pertimbangan, ahhh.

Mungkin, tidak semua kondisi ibu ranah domestik sama. I mean, merasa sulit untuk bersosialisasi seperti ini. Jika saya lihat dari beberapa teman, masih juga ada yang berkesempatan untuk saling kumpul bersama. Namun, kebanyakan mungkin lebih seperti saya. Karena kadang saya melihat curhatan ibu-ibu di komunitas yang saya ikuti, memiliki keluhan sama.

Hidup ada fasenya.

Jika sesekali kita berlaku seolah ‘mengeluhkan’, mungkin itu hanya output dari adjusting diri ini yang sedang berusaha berdamai dengan kondisi. Buat saya, dalam level ini, mengeluh tak selamanya haram, selama kita tahu porsi keluhannya sejauh mana dan bagaimana.

Sama seperti saat kita bersin, batuk, itu respon yang timbul karena adanya benda asing yang masuk ke tubuh, bukan? Dan tubuh berusaha untuk menetralkan kembali, maka jadilah bersin dan batuk tersebut.

Begitu pun dengan psikis. Saat dihadapkan pada kondisi yang baru, tak sama seperti dulu, mental kita pun akan membaca screening ini yang kemudian mem-validasinya. Dan respon kita terhadap hal tersebut kadang kala berupa kesah sementara, ya, mengeluh.

Namun, kita ini kan masih diberi perangkat penyeimbang lainnya yaa, yaitu akal. So, ketika kesah timbul, tak apa untuk merilisnya, tetapi jangan lupa tetap membawa logika kita serta, agar keluh-kesahnya tidak lama-lama dan menjadi lebay. It’s okay not to be okay ^^


No comments:

Post a Comment