Thursday, February 25, 2021

REVIEW BUKU : Bidadari Bumi (Buku Pertama)

 

Bismillaah.

Ustadzah Halimah Alaydrus. Pertama kali saya mendengar namanya saat mencari video ceramah di YouTube. Qadarallah, saya pun me-klik salah satu ceramah beliau yang kemudian saya dengarkan hingga usai.

Meskipun di-post di laman YouTube, tetapi video ceramah tersebut tidak menampakkan sosok penyampai ilmu. Hanya berupa recording suara dari majlis tatap muka yang beliau isi secara rutin di daerah Jakarta. Namun, meski pertama kali, dan hanya mendengar suaranya, saya jatuh hati. Senang dengan cara beliau menyampaikan materi, cara bercanda, bahkan logat Betawinya yang kental. Dari cara beliau berkomunikasi, saya dapat pastikan beliau adalah seorang yang alim/berilmu/pintar.

Saat saya tahu bahwa beliau pun menulis beberapa buku, dengan excited saya mencari buku-buku beliau. Alhamdulillaah, belum sempat saya check-out belanjaan buku saya di suatu aplikasi e-commerce, ternyata suami sudah membeli dua buku karangan Hubabah Halimah, yaitu BIDADARI BUMI 1 dan BIDADARI BUMI 2.




Saya dengan sangat antusias mulai membaca buku pertama.

Buku terbitan Wafa Production setebal 147 halaman tersebut ditulis berdasarkan pengalaman Hubabah Halimah selama menuntut ilmu di Tarim, Yaman. Dibuat seperti kumpulan cerita, di mana setiap ceritanya berisi tentang kisah beliau bertemu dengan wanita istimewa. Di buku BIDADARI BUMI 1, Hubabah membagikan tentang kisah 9 Wanita Shalehah yang beliau temui langsung, baik dengan sengaja ataupun secara kebetulan. Namun, setiap wanita tersebut seolah memberikan gambaran bahwa para bidadari ini ada dan nyata. Dapat dijadikan teladan secara riil, karena memang ke-sembilannya hidup di satu zaman dengan kita semua.

Jujur, membaca kisah-kisah mereka membuat saya merasa terpesona sekaligus merasa kecil. Cerita yang saya dapat, tentang ke-zuhudan dunia, kepatuhan, kecintaan Sayyidatuna Khadijah, Sayyidatuna Fatimah, atau pun wanita-wanita istimewa di zaman Rasul, memang sudah sangat biasa didengar. Tak perlu diragukan lagi. Namun, ke-sembilan wanita di buku ini adalah orang-orang yang hidup bersama kita, di zaman yang sangat saru antara salah dan benar, zaman di mana dunia memberikan pesonanya yang membuat kita semua hanyut mendewakannya. Dan mereka ada, hidup dengan kita, hanya berselang jarak dan perbedaan waktu saja. Namun, keteladanannya mengingatkan saya pada kisah-kisah wanita di zaman Rasulullah dan sahabat.

Ada seorang Hubabah yang menghabiskan waktunya untuk beribadah ritual shalat tanpa mengenal lelah, ada juga yang tak pernah memiliki harta benda kecuali tiga lembar pakaian dan secukupnya uang untuk kebutuhan sehari-hari. Bukan tidak punya, tetapi setiap harta yang diterimanya akan langsung ia shadaqahkan kembali ke orang-orang sekitarnya yang membutuhkan. Ada juga seorang Amerika yang memutuskan untuk menuntut ilmu di Tarim dan cerita beliau mendapatkan dorongan tersebut. Atau seorang lainnya yang justru merasa sedih ketika Allah tidak menurunkan padanya kesulitan, karena ia merasa bahwa jalan untuk ia selangkah lebih mendekat ke Rabb-nya hilang. masyaAllah, saya merasa tertampar. Sangat berkebalikan dengan tingkah saya, huhu.

Selain kisah-kisahnya yang menarik, Hubabah Halimah pun sangat pandai dalam pemilihan kata. Ditambah lagi beliau menyelipkan sajak-sajak dari penyair Muslim ternama, juga sajak buatannya, di setiap beberapa paragraf tulisan. Dan, lagi-lagi, sajak-sajaknya banyak menohok pembacanya, terkhususkan saya pribadi.


Tidak perlu menghabiskan waktu sehari untuk menyelesaikan satu buku beliau. Karena, sekali memulai, rasanya ingin terus membuka lembar per lembar tulisan berisi hikmah dengan pemyampaian yang sedap. Tanpa terasa, buku pun selesai dilahap hanya dalam waktu beberapa jam saja, itu pun karena disambi tugas negara, hehe.

MasyaAllah, membaca buku ini seperti menemukan hidayah. Pengingat di kala diri ini memang sedang (dan terus) butuh untuk diingatkan. Alhamdulillaah. Semoga Hubabah Halimah Alaydrus diberikan umur panjang dan keberkahan selalu aammiin <3

 

No comments:

Post a Comment