Bismillaah.
Ustadzah Halimah Alaydrus. Pertama kali saya
mendengar namanya saat mencari video ceramah di YouTube. Qadarallah, saya
pun me-klik salah satu ceramah beliau yang kemudian saya dengarkan hingga usai.
Meskipun di-post
di laman YouTube, tetapi video
ceramah tersebut tidak menampakkan sosok penyampai ilmu. Hanya berupa recording suara dari majlis tatap muka
yang beliau isi secara rutin di daerah Jakarta. Namun, meski pertama kali, dan
hanya mendengar suaranya, saya jatuh hati. Senang dengan cara beliau
menyampaikan materi, cara bercanda, bahkan logat Betawinya yang kental. Dari
cara beliau berkomunikasi, saya dapat pastikan beliau adalah seorang yang
alim/berilmu/pintar.
Saat saya tahu bahwa beliau pun menulis beberapa
buku, dengan excited saya mencari
buku-buku beliau. Alhamdulillaah, belum
sempat saya check-out belanjaan buku
saya di suatu aplikasi e-commerce,
ternyata suami sudah membeli dua buku karangan Hubabah Halimah, yaitu BIDADARI
BUMI 1 dan BIDADARI BUMI 2.
Saya dengan sangat antusias mulai membaca buku
pertama.
Buku terbitan Wafa
Production setebal 147 halaman tersebut ditulis berdasarkan pengalaman
Hubabah Halimah selama menuntut ilmu di Tarim, Yaman. Dibuat seperti kumpulan
cerita, di mana setiap ceritanya berisi tentang kisah beliau bertemu dengan
wanita istimewa. Di buku BIDADARI BUMI 1, Hubabah membagikan tentang kisah 9
Wanita Shalehah yang beliau temui langsung, baik dengan sengaja ataupun secara
kebetulan. Namun, setiap wanita tersebut seolah memberikan gambaran bahwa para
bidadari ini ada dan nyata. Dapat dijadikan teladan secara riil, karena memang
ke-sembilannya hidup di satu zaman dengan kita semua.
Jujur, membaca kisah-kisah mereka membuat saya
merasa terpesona sekaligus merasa kecil. Cerita yang saya dapat, tentang
ke-zuhudan dunia, kepatuhan, kecintaan Sayyidatuna Khadijah, Sayyidatuna Fatimah,
atau pun wanita-wanita istimewa di zaman Rasul, memang sudah sangat biasa
didengar. Tak perlu diragukan lagi. Namun, ke-sembilan wanita di buku ini
adalah orang-orang yang hidup bersama kita, di zaman yang sangat saru antara
salah dan benar, zaman di mana dunia memberikan pesonanya yang membuat kita
semua hanyut mendewakannya. Dan mereka ada, hidup dengan kita, hanya berselang
jarak dan perbedaan waktu saja. Namun, keteladanannya mengingatkan saya pada
kisah-kisah wanita di zaman Rasulullah dan sahabat.
Ada seorang Hubabah yang menghabiskan waktunya
untuk beribadah ritual shalat tanpa mengenal lelah, ada juga yang tak pernah
memiliki harta benda kecuali tiga lembar pakaian dan secukupnya uang untuk
kebutuhan sehari-hari. Bukan tidak punya, tetapi setiap harta yang diterimanya
akan langsung ia shadaqahkan kembali ke orang-orang sekitarnya yang
membutuhkan. Ada juga seorang Amerika yang memutuskan untuk menuntut ilmu di
Tarim dan cerita beliau mendapatkan dorongan tersebut. Atau seorang lainnya
yang justru merasa sedih ketika Allah tidak menurunkan padanya kesulitan, karena
ia merasa bahwa jalan untuk ia selangkah lebih mendekat ke Rabb-nya hilang.
masyaAllah, saya merasa tertampar. Sangat berkebalikan dengan tingkah saya,
huhu.
Selain kisah-kisahnya yang menarik, Hubabah Halimah pun sangat pandai dalam pemilihan kata. Ditambah lagi beliau menyelipkan sajak-sajak dari penyair Muslim ternama, juga sajak buatannya, di setiap beberapa paragraf tulisan. Dan, lagi-lagi, sajak-sajaknya banyak menohok pembacanya, terkhususkan saya pribadi.
Tidak perlu menghabiskan waktu sehari untuk
menyelesaikan satu buku beliau. Karena, sekali memulai, rasanya ingin terus
membuka lembar per lembar tulisan berisi hikmah dengan pemyampaian yang sedap.
Tanpa terasa, buku pun selesai dilahap hanya dalam waktu beberapa jam saja, itu
pun karena disambi tugas negara, hehe.
MasyaAllah, membaca buku ini seperti menemukan
hidayah. Pengingat di kala diri ini memang sedang (dan terus) butuh untuk
diingatkan. Alhamdulillaah. Semoga Hubabah Halimah Alaydrus diberikan umur
panjang dan keberkahan selalu aammiin <3
No comments:
Post a Comment