Picture by freepik |
Bismillaah.
Parade
Live Zona 7 Institut Ibu Profesional mengenai Pendidikan Seksualitas
hari kedua telah digelar. Topik yang diangkat adalah ‘Pendidikan Seksualitas
Sejak Dini’ dengan penyaji materi dari Kelompok 7 (IP Batam, IP Bontara, IP
Cianjur, dan IP Cirebon Raya). Lima orang presentator lintas regional yang
bertugas kali ini adalah Mbak Ashriati,
Mbak Wati, Mbak Miranti, Mbak Aliftah dan Mbak Romiyatul menyampaikan materi
secara bergiliran selama kurang lebih 38 menit.
Dalam topik 2 ini saya
dapat merangkum beberapa hal:
1.
Pendidikan seks dan pedidikan
seksualitas adahal berbeda. Pendidikan seks lebih ke pengenalan organ seks dan
reproduksi sedangkan pendidikan seksualitas mencakup karakter.
2. Maraknya
kekerasan seksualitas pada anak menjadi salah satu alasan terbesar pentingnya
edukasi mengenai seksualitas sedini mungkin.
3. Mengenal
keluarga dan lingkungan sekitar merupakan salah satu kurikulum dalam pendidikan
seksualitas pada anak. Nantinya, anak diharapkan mampu membangun rasa aman
ketika bersama keluarga sehingga keterbukaan lebih mudah tercipta.
4. Klasifikasi
pendidikan seks anak usia di bawah enam tahun terbagi menjadi dua, yaitu untuk
rentang 0-2 tahun dan 3-6 tahun.
5. Pada
usia 0-2 tahun, anak dikenalkan tentang nama dirinya, kemudian dikenalkan juga
orang tuanya, serta dibangun bonding antar
anak dan orang tua.
6. Pada
usia 3-6 tahun, anak mulai mengenal lingkungan lebih besar, seperti keluarga
besar, kakek, nenek, paman, tante dll, dan mulai diberi gambaran tentang
perbedaan mereka berdasarkan seks (jenis kelamin). Semisal, ayah itu laki-laki,
ibu itu perempuan. Selain itu, anak mulai diajarkan tentang organ tubuhnya dan
dijelaskan mana saja yang boleh dipegang dan tidak boleh dipegang oleh orang
lain, berkenaan dengan anggota tubuh tersebut.
7. Mengenal
keluarga besar sangat baik dalam pengenalan seksualitas pada anak karena dari
kelompok orang terdekat yang lebih besar, anak akan diberikan kesan bahwa ia
tidak sendiri, masih banyak orang di sekitarnya yang sayang padanya, dan itu
bukan hanya keluarga inti saja. Selain itu, dari mengenal keluarga besar, anak
akan mendapatkan lebih banyak role model untuk
lebih mengenal perbedaan laki-laki dan perempuan secara riil.
8. Cara
mengenal anggota keluarga dapat dibantu dengan media (foto, video, video call dll) dan juga dengan
dibuatkan family tree. Jika
memungkinkan, tatap muka akan lebih baik agar bonding juga terbentuk.
9. Membentuk
suasana yang hangat, saling menyayangi antar anggota keluarga di rumah
(terutama ayah dan ibu), dan menunjukkannya (dalam batasan) di hadapan anak,
akan membantu dalam proses pendidikan seksualitas. Selain itu, usahakan untuk
selalu mengisi penuh tangki cinta sang anak sehingga ia tak perlu mencari-cari
kasih sayang dan cinta dari luar yang cenderung lebih riskan.
10. Membiasakan
anak untuk tidur terpisah dapat membantu anak melatih kemandiriannya dan juga menghormati
privacy anak.
11. Cara
membiasakan anak tidur terpisah jangan serba mendadak dan terpaksa yang jutsru
akan membuat anak trauma. Justru bertahap dan konsisten dalam sounding.
12. Diharapkan
pada usia 7-10 tahun anak sudah benar-benar bisa tidur sendiri. Oleh karenanya,
pembiasaan dapat dilakukan lebih dini dari itu, misalnya sejak usia 3 tahun.
13. Membangun
keterbukaan di dalam rumah (keluarga inti) sangat penting dalam membantu anak
belajar waspada terhadap ancaman luar berkenaan dengan seksualitas. Waspada
bukan berarti was-was, artinya, anak tetap harus diajarkan juga untuk mengenal
orang lain dengan percaya diri, luwes, tetapi tidak melewati batas.
14. Itulah
mengapa, pengenalan tentang batasan mengenai mana tubuh yang boleh disentuh dan
tidak, siapa saja yang boleh menyentuhnya dan alasannya, perlu terus
disosialisasikan pada anak hingga menerap dalam alam bawah sadarnya.
Allahu’alam
bi shawab.
No comments:
Post a Comment