K.L.I.P
Kelas Literasi Ibu Profesional.
Mendengar nama itu selalu membawa saya flashback ke bulan Januari 2020. Waktu
di mana untuk pertama kalinya saya bertemu dengan komunitas ini dan serta-merta
merasa bahwa : saya harus bergabung!
Berawal dari kembalinya saya pada dunia media sosial
Facebook setelah sekian lama hengkang. Itu pun mengandung unsur sedikit
paksaan, mengingat Ibu Profesional, komunitas yang baru saja saya ikuti kala
itu, mengggunakan platform Facebook
sebagai media pembelajarannya. Mau tak mau, saya kembali.
Tidak terlalu ingat bagaimana secara detainya, tetapi
di suatu malam, ketika Anis sudah lelap dan memang waktu saya untuk bergeming
dengan me-time, saya menemukan suggestion Facebook Group KLIP di
jajaran beberapa grup lain yang masih berkaitan dengan grup Ibu Profesional. “Wah,
klub literasi Ibu Profesional, nih! Boleh juga!” Begitu pikirku saat itu yang
akhirnya menuntun jari-jari ini untuk menekan tombol “JOIN” di touch screen handphone saya.
Saya mempelajari komunitas ini, ternyata mereka membuat
tantangan satu tahun menulis dengan perolehan badge setiap bulannya. Menarik!
Badge
terkecil
adalah badge “YOU ARE GOOD” yang
dapat diperoleh dengan menyetorkan tulisan minimal 10 hari dalam satu bulan.
Saya cek kalender saat itu, sisa beberapa belas hari sebelum Januari 2020 berakhir,
hmm, saya masih ada waktu. Saya pun memulai tantangan tersebut, lebih tepatnya
menantang diri saya sendiri, untuk menulis setidaknya 10 hari dalam bulan itu,
agar saya dapat tergabung dengan komunitas. Dan Alhamdulillah, berjodoh.
Tantangan Januari mampu terlewati, yang artinya officially saya telah tergabung di KLIP tersebut. Hal itu juga yang
membawa saya pada whatsapp group para
anggota lainnya. Dan di situlah titik balik hidup saya dimulai.
Sedikit lebih mundur lagi dengan waktu, berbicara
alasan saya hengkang dari media sosial mau pun komunitas lainnya. Suatu situasi
yang membuat saya benar-benar “merasa harus” menarik diri dari dunia luar.
Tahun-tahun yang berat bagi saya saat itu. Namun, saya merasa bahwa menarik
diri bukanlah solusi, maka perlahan masa denial
itu mampu dikuasai oleh kondisi acceptance
yang akhirnya mendorong saya untuk mencari kembali diri saya yang hilang.
Menulis, menjadi ide bagus bagi saya saat itu. Sebagai
wadah melampiaskan rasa, unek-unek, ganjalan, ide, yang tak mampu diungkapkan
secara lisan. Jadilah bergabungnya saya ke KLIP ini sebagai ajang untuk self-healing. Mengembalikan kebiasaan
lama yang terkubur, yaitu curhat melalui kata. Yang ternyata membawa dampak
sangat positif bagi saya.
Tak cukup di situ. Whatsapp
group KLIP mengenalkan saya pada orang-orang luar biasa. Dari background pendidikan, budaya, daerah
asal, yang berbeda, kami disatukan oleh tulisan. Dan sebagian dari mereka
ternyata adalah penulis yang sudah menghasilkan karya. Baik berupa buku,
jurnal-jurnal ilmiah, blog. Benar, mereka sangat profesional dengan tulisannya,
dengan cara masing-masing. Padahal, kebanyakan dari mereka memiliki pekerjaan
lain sebagai kewajiban utama. Ada yang sebagai dosen, dokter, pebisnis,
karyawan, dan tentunya IBU RUMAH TANGGA. Dari rumah, sambil mengurus suami,
anak-anak, mereka bisa menghasilkan sesuatu. Bisa menginspirasi banyak orang
melalui untaian kata-kata yang mereka rajut. Setidaknya, menginspirasi diri
sendiri tentunya.
Saya tergerak. Bertemunya saya dengan orang-orang hebat
ini pastilah memiliki makna. Saya harus bisa mengambil hikmahnya. Benar, saya
belajar dan berilmu dengan mereka. Tulisan-tulisan mereka saya baca, saya
pelajari. Pun setiap kali saya merasa janggal tentang sesuatu, saya akan
bertanya, atau setidaknya menyimak informasi dan ilmu baru yang berseliweran
setiap waktu di WA Group tersebut. Untuk pertama kalinya setelah ”tidur panjang”,
saya kembali merasa haus akan sesuatu. Mata saya kembali berbinar-binar. Saya
menemukan kembali diri saya yang hilang.
Waktu terus berjalan, badge per badge diperoleh setiap bulannya. Yang artinya, saya mulai
menulis dengan rutin. Dari mulai free-writing,
hingga akhirnya saya menemukan “jati diri menulis” saya, yaitu fiksi, utamanya
cerpen. Saya sempat lupa bahwa saya pernah sempat bermimpi menjadi penulis cerita,
duluuuu sekali saat SD. Kini, seolah dipanggil kembali ingatan yang hilang itu.
Saya mulai mendalami cerpen, fiksi. Berdiskusi dengan
anggota KLIP lain yang sudah lebih dulu menerbitkan karyanya, menggali latar
belakang mereka menulis dan mem-publish tulisannya,
cara dan jalan mereka hingga ke posisi tersebut, bagaimana membaurkan kewajiban
utama dengan passion agar selaras dan
saling mendukung satu sama lain. Saya yang sangat jauh di bawah amatir ini
seperti menemukan hidden gem. Lebih
jauhnya, saya pun terpantik untuk bisa berkarya melalui tulisan yang saya buat,
bukan sekadar untuk konsumsi pribadi saja. Salah satu alasannya, dan itu alasan
yang terinspirasi dari salah satu kakak saya di KLIP, Kak Rijo Tobing, yaitu
ingin menorehkan nama-nama orang yang kita cintai di buku yang berisi tulisan
kita. Kelak, jika menua nanti, buku tersebut akan menjadi bukti lain sejarah
yang mampu ditunjukkan dan diwariskan kepada anak cucu kita. “Ini lho, Nak, ibu
pernah menulis buku dengan namamu sebagai salah satu persembahannya.”
Dan adalah bulan Agustus 2020, cikal bakal karya pertama, berupa buku antologi hasil sayembara, diproses. Hingga akhirnya kini, di penghujung tahun, Desember 2020, Alhamdulillah telah terbit lima buku antologi dengan nama saya sebagai salah satu kontributornya, juga tertuliskan nama Muhammad Anis Assegaff di pojok persembahannya.
Tak lupa, satu blog pribadi, yang meskipun masih belum begitu rutin dan aktif, tetapi akhirnya bisa memiliki blog yang benar-benar terisi, yaitu blog tempat saya menuangkan tulisan ini. Juga, satu blog komunitas, www.drakorclass.com, yang dirintis oleh Kak Risna dan kawan-kawan KLIP penggiat menulis dan menonton drakor. Menjadikan drama Korea bagian dari kreatif menulis.
Alhamdulillah wa
syukr untuk tahun ini. Terima kasih, KLIP. InsyaAllah bertemu lagi di tahun 2021
dengan ilmu dan kejutan lainnya. Super
excited!!