Picture by pinterest |
Bismillaah.
Parade
Live Zona 7 Institut Ibu Profesional mengenai Pendidikan Seksualitas
hari kelima berhasil digelar. Topik yang diangkat adalah ‘Pentingnya Akil dan
Baligh secara Bersamaan’ dengan penyaji materi dari Kelompok 20 (IP Lampung dan
IP Lamongan). Lima orang presentator lintas regional yang bertugas kali ini
adalah Mbak Eka Yunita, Mbak Zuhroh
Zerlina, Mbak Fitria Purnomowati, Mbak Nahdia Tannaqi dan Mbak Euis Karlina, menyampaikan
materi secara bergiliran selama kurang lebih 40 menit.
Dalam topik lima ini
saya dapat merangkum beberapa hal:
1.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akil adalah berakal, cerdik, pandai.
Merupakan kata serapan dari bahasa Arab, aqil.
Kemudian, akil ini dapat diartikan
dengan berakal, memahami, mengetahui.
2. Baligh adalah seseorang yang sudah mencapai usia
tertentu yang sudah dewasa, sudah memahami perubahan biologis yang menjadi
tanda-tanda kedewasaan (Rasjid, 2010:83). Dalam tahap ini, seseorang tersebut diharapkan
sudah bisa memahami hukum syariat dan dibebankan kepadanya segala hukum
tersebut.
3. Akil dan baligh diharapkan
dapat terjalin secara simultan, atau setidaknya akil telah terbentuk lebih dulu sebelum adanya baligh.
4. Sebelum
seseorang mendapatkan baligh-nya, ia
diharapkan telah memahami dengan baik dirinya, identitasnya, dan mampu berpikir
dan menggunakan akal pikirannya tersebut dengan baik.
5. Dampak
hadirnya akil dan baligh yang tidak
seimbang:
a.
Galau, karena terjangkit krisis
identitas yang bisa sangat berpengaruh pada pergaulannya.
b.
Problem
oriented. Setiap mendapatkan suatu masalah, yang
bersangkutan belum bisa fokus pada solusi yang seharusnya dilakukan, tetapi
terlalu memikirkan masalah itu sendiri.
c.
Resiko pornografi dan pergaulan bebas
dalam konteks seksualitas. Hal ini dikarenakan telah berkembang dan matangnya
organ dan perangkat seksual tanpa pondasi kedewasaan berpikir (akil) yang mampu menjadi barrier.
6.
Hal yang dapat dilakukan oleh orang tua
dalam mendidik anak agar dapat mencapai akil baligh secara seimbang:
a.
Menekankan kesadaran sebagai orang tua
bahwa rumah adalah institusi pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.
b.
Membiasakan anak pada realita dan melatihnya
agar bisa survive dengan kehidupan
sebenarnya, alih-alih terlalu menjaga yang justru melemahkan mental dan daya
juang anak.
c.
Membentuk mental dan fisik anak agar
menjadi kuat dan berdaya juang tinggi, dengan bersikap berani, tega, tegas, dan
konsisten.
d.
Membentuk anak saat 7 tahun menjadi
orang yang mulai bertanggung jawab pada dirinya sendiri.
e.
Menumbuhkan daya talar, logika, dan
daya pikir anak untuk memecahkan masalah-masalahnya, serta gambaran sebab
akibatnya.
f.
Mendukung anak untuk aktif
berorganisasi.
g.
Mengajak anak untuk melatih diri dalam
memperoleh kemandirian finansial sejak memasuki fase remaja/dewasa awal.
h.
Kembalikan peran ayah dalam pendidikan
anak-anaknya.
7.
Skema pembagian peran orang tua
berdasarkan rentang usia:
a.
Usia 0-2 tahun : anak dekat dengan ibu
b.
Usia 3-6 tahun : anak dekat dengan ayah
ibunya secara seimbang
c.
Usia 7-10 tahun : anak dekat dengan orang
tua yang sesuai gendernya, misalkan anak laki-laki dekat dengan ayahnya, anak
perempuan dengan ibunya.
d.
Usia 10-14 tahun : anak dekat dengan
orang tua yang lintas gender, misalkan anak laki-laki dekat dengan ibunya, anak
perempuan dengan ayahnya.
e.
Usia 15 tahun : tuntas mencapai kesiapan
fitrah seksualitasnya. Pada usia ini, anak sudah menjadi mitra orang tua.
8.
Hal yang dapat dilakukan orang tua terhadap
anaknya yang berada pada masa akil baligh:
a.
Mengenalkan tentang perubahan-perubahan
yang terjadi karena pubertas, dan meyakinkan anak bahwa itu semua adalah hal
normal.
b.
Terus menanamkan rasa tanggung jawab
terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan pada anak.
c.
Segera pisahkan kamar anak dengan orang
tua, dan anak laki-laki dengan anak perempuan.
d.
Menjadi sahabat bagi anak, yang dapat
dijadikan tempat terpercaya untuk berbagi, diskusi, bertanya akan hal-hal yang
akan banyak berubah pada diri anak seiring pubertas tersebut.
e.
Mulai menjelaskan lebih lanjut mengenai
fungsi organ reproduksi laki-laki dan perempuan secara lebih mendalam.
f.
Lebih menekankan anak akan tanggung
jawab secara agama. Perihal beribadah secara disiplin dll.
g.
Terus membimbing dan mendampingi anak
untuk banyak mencari tahu tentang akil baligh dan segala hal yang berkenaan
dengannya, baik melalui media buku, internet, dll.
Allahu’alam
bi shawab.
No comments:
Post a Comment