Pejam mata, keluar dari semua keluh yang ada
Rasakan bahwa hanya ada dirimu, hanya kamu
Tak perlu dengarkan kata orang, sesekali sangat perlu itu
Jika marah, luapkanlah
Tak harus memecahkan kaca, juga menyakiti raga
Ada cara, banyak wacana
Dialog dengan Tuhanmu, atau sekedar melipir sesaat, kemanapun, meski hanya pada selembar kertas dan pena
Jika bingung, diamlah sesaat
Apa yang kau bingungkan, kemudian bertanyalah
Mulutmu telah menjadi perangkat hidupmu
Berikut segenggam otak di balik tempurung kepalamu
Jika khilaf, bertobatlah
Kau bukan terjamin sebagai malaikat
Bukan pula seorang yang maksum
Tak perlu menjadi sempurna, tetapi menjadi lebih baiklah pada setiap masa
Jika kecewa, teteskan air mata
Dia bukan aib, hanya serupa kandungan oksigen juga hidrogen di dalamnya
Akan mengering teruapkan udara
Pun mudah untuk tersapu oleh waktu, kau hanya cukup menunggu
Jika menyesal, untuk apa melarut
Katanya, nasi kadung menjadi bubur
Kau cukup beri kecap, telur dan kerupuk
Nikmat disantap saat pagi datang menyambut
Jika bosan, bersyukurlah
Nyatanya kau butuh kebosanan itu
Tanpanya tak kan kau temukan tantangan baru
Tenang saja, hidupmu akan kian seru
Jika takut, lampiaskan
Kau bisa berteriak, kau bisa berpegang erat, kau pun bisa lantunkan doa
Takut datang dari pikiran, lawanlah dengan pikiran
Meminta tolong pun tak apa, tak cukup merusak kehormatan
Jika tak ingin, jangan lakukan
Bila tetap harus, tunda sesaat
Setiap tindak hanya butuh jeda
Membuka lembar baru, permulaan baru, energi baru, hanya tentang, lagi-lagi, waktu
Mengapa harus berpura-pura
Kau tak hidup di atas panggung sandiwara
Lakonmu adalah dirimu
Kembali padamu akan arah juga cara berlaku
"Bila", bukan suatu kata bijak
Selayaknya "jika", penuh peng-andai-an
Sesekali tenggelam pada sapuan ombak ilusi
Namun, pastikan kau tetap dan harus kembali
Ada yang terlihat sempurna, ada yang berusaha menjadi sempurna, ada yang menyeolahkan dirinya sempurna
Namun, kesempurnaan itu khayal
Setidaknya bagi kita sebatas umat
Kau kejar iya, tak kan pernah jua kau gapai, fatamorgana
Terkadang kutemukan titik kosong pada sisi lain pikiran
Tak perlu mengisinya
Kekosongan memainkan perannya tersendiri
Lihatlah sarang lebah, pada kekosongan itu tercipta manisnya madu yang manfaat, pada musimnya
Menerima kekurangan manusia lain itu harus
Tetapi, menyadari bahwa kita memiliki lebih banyak kekurangan itu mutlak
Darinya akan terpacu keinginan belajar
Menempa kemampuan, meningkatkan kemuliaan
Konon, jangan berbuat dosa
Setiap sisi hati manusia tak ada yang ingin melakukannya, bukankah hati kecil itu murni
Lalu mengapa ada dosa di dunia
Karena ada manusia sang pendosa di sana
Hidup akan menjadi lucu
Kita cukup terbahak sesaat
Humornya kita nikmatilah
Jangan terlalu serius, berkerutlah kening dibuatnya
Sajak ini tanpa "tapi", banyak "jika"
Tak bijak, tak apa
Bilakah mungkin ku buat ia tanpa judul, sarat arti
Biar ku cukup pahami, ku selami sendiri
Esok, tetap menjadi hari
Masih dengan naungan matahari juga senja pemisahnya
Bila kau kembali hidup, berjanjilah tuk hirup dalam-dalam udaranya
Bila malam ini penutup, ucapkan salam perpisahan dengan indah
No comments:
Post a Comment